Pengertian Kurikulum
Secara
etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya “pelari” dan
curere yang berarti “tempat berpacu”.
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik
pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Perancis, istilah kurikulum
berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari
garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus
ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang
terlibat didalamnya. Curriculum is the entire school program and all the
people involved in it. Program tersebut berisi mata pelajaran-mata
pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun
waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA
(tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah
kurikulum (dalam pendidikan) ialah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di
sekolah untuk memperoleh ijazah. The curriculum has mean the subject taught
in school or the course of study (Ragan, 1966). Sekalipun pengertian ini
tergolong tradisional, tetapi paling tidak orang bisa mengenal dan mengetahui
pengertian kurikulum yang pertama. Realitas menunjukkan istilah mata pelajaran
tersebut sampai saat ini masih digunakan di Indonesia.
Implikasi
dari pengertian tradisional tersebut adalah : (a) kurikulum terdiri atas
sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan warisan budaya dan
pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-nilai positif untuk
disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua
aspek kehidupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (b) peserta didik harus mempelajari
dan menguasai seluruh mata pelajaran, (c) mata pelajaran tersebut hanya
dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah, dan (d) tujuan akhir kurikulum
adalah untuk memperoleh ijazah.
Akhir-akhir
ini ada pergeseran pemikiran tentang tugas mendidik anak. Banyak orang tua yang
mempercayakan atau menyerahkan tugas mendidik kepada pihak sekolah, meskipun
kenyataannya peserta didik lebih banyak waktunya berada di lingkungan keluarga
(di rumah) dan lingkungan masyarakat umum. Ditambah lagi pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan tuntutan masyarakat, perkembangan
seni-budaya, peledakan informasi dan penduduk, mengakibatkan beban tugas dan
tanggung jawab sekolah semakin berat dan kompleks. Hal ini berdampak pula
terhadap perubahan pengertian kurikulum
secara luas pula.
Gerakan
kurikulum moderen sebenarnya sudah ada di Amerika sejak tahun 1950-an. Ketika
itu, B.Othanel Smith, W.O.Stanley dan J.Harlan Shores memandang kurikulum
sebagai a sequence of potential experiences set up in the school for the
pupose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting.
Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran tetapi juga
pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik.
Selanjutnya, J.Galen Saylor dan William M.Alexander mengemukakan the
curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning, whether
in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini lebih
luas lagi dari pengertian sebelumnya. Kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan
pengalaman melainkan semua upaya sekolah untuk mempengaruhi peserta didik belajar,
baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold
B.Alberty et.al. juga memahami kurikulum sebagai all of the activities that
are provided for the students by the school.
Pengertian
kurikulum secara moderen adalah semua kegiatan
dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik
yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas
tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan..
Implikasi pengertian ini, antara lain : Pertama, kurikulum tidak
hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran tetapi juga meliputi semua kegiatan
dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Kedua, kegiatan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi
juga di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah. Kegiatan belajar di sekolah,
meliputi : menyimak, bertanya, diskusi, melakukan demonstrasi, belajar di
perpustakaan, melakukan eksperimen di laboratorium, workshop, olah raga, kesenian, organisasi siswa (OSIS) dan
lain-lain. Sedangkan kegiatan belajar di luar sekolah (out of school), seperti mengerjakan tugas di rumah (PR),
observasi, wawancara, studi banding, pengabdian pada masyarakat, program
pengalaman lapangan dan lain-lain. Begitu juga dengan pengalaman belajar, ada pengalaman
langsung dan ada pengalaman tidak langsung. Dengan demikian, intra
curricular, extra curricular dan co-curricular termasuk
kurikulum. Ketiga, guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan
multi strategi dan pendekatan, serta berbagai sumber belajar secara bervariasi.
Keempat, tujuan akhir kurikulum bukan untuk memperoleh ijazah tetapi
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada
juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan dan
pengalaman belajar serta “segala
sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di
sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud di sini merupakan hidden
curriculum, misalnya, fasilitas kampus, lingkungan yang aman, bersih, indah
dan berbunga, suasana keakraban, kerjasama yang harmonis dan saling mendorong
dalam proses pembelajaran, serta media dan sumber belajar yang memadai.
Kesemuanya itu dapat menggairahkan bahkan membanggakan peserta didik belajar di
sekolah meskipun kuncinya terletak pada kerjasama yang harmonis antara kepala
sekolah, guru, peserta didik, staf, orang tua, dan para stake holders.
Pengertian kurikulum dapat juga dikemukakan
dalam bentuk rumus atau simbol sehingga mudah diingat dan dipahami,
yaitu :
1.
______ = jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai finish.
2.
∑ MP + PD + I = sejumlah mata pelajaran
(MP) yang harus ditempuh peserta didik (PD) untuk memperoleh ijazah ( I ).
3.
∑ K + P + S/LS/TJS + TP = sejumlah
kegiatan (K) dan pengalaman (P), baik yang terjadi di sekolah (S) maupun luar
sekolah (LS) atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan (TP).
4.
∑ K + P + SS + PD + S/LS/TJS + TP =
sejumlah kegiatan (K), pengalaman (P), dan segala sesuatu (SS) yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi peserta didik (PD), baik di sekolah maupun di luar
sekolah atas tanggung jawab sekolah (S/LS/TJS) untuk mencapai tujuan pendidikan
(TP).
Adapun
perbedaan antara kurikulum tradisional dengan kurikulum moderen adalah :
Tabel
1
Perbedaan
Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Moderen
Aspek-aspek
|
Kurikulum
Tradisional
|
Kurikulum
Modern
|
Orientasi
|
Masa lampau.
|
Masa lampau, masa sekarang, dan masa
yang akan datang.
|
Dasar Falsafah
|
Tidak berdasarkan filsafat pendidikan
yang jelas.
|
Berdasarkan filsafat pendidikan yang
jelas dan dapat diwujudkan dalam kegiatan yang konkrit.
|
Tujuan
Pendidikan
|
Mengutamakan pengetahuan.
|
Mengembangkan keseluruhan pribadi
peserta didik secara utuh.
|
Organisasi
Kurikulum
|
Berpusat pada
mata pelajaran.
|
Berpusat pada masalah atau topik
dimana peserta didik belajar mengalami sendiri secara langsung.
|
Sumber Belajar
|
Guru sebagai satu-satunya sumber
belajar.
|
Di samping guru, ada juga sumber
belajar yang lain, seperti pakar, kegiatan, bahan, alat dan perlengkapan,
gedung, dll.
|
Strategi dan Pendekatan Pembelajaran
|
Cenderung hanya menggunakan strategi
ekspositori dengan pendekatan klasikal
|
Menggunakan multi strategi dan
berbagai pendekatan (individual, kelompok, dan klasikal)
|
Teknik
Evaluasi
|
Tes sebagai satu-satunya teknik
penilaian
|
Tidak hanya
tes tetapi juga non-tes
|
Peran Guru
|
Peran guru sangat terbatas dan
bersifat perorangan. Guru adalah cardinal factor.
|
Peran guru sangat luas dan bersifat
kolektif-kolegial dengan tidak mengurangi kebebasan guru. Guru harus aktif,
kreatif, inovatif, konstruktif, adaptif, kondusif.
|
Berikut
akan dikemukakan juga pengertian kurikulum dalam perspektif yuridis-formal,
yaitu menurut UU. No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Bab.1 Pasal 1
ayat 19). Pengertian kurikulum ini lebih banyak berhubungan dengan fungsi dan
kegiatan guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah, baik dalam dimensi
rencana, dimensi kegiatan maupun dimensi hasil. Implikasi dari pengertian ini
adalah :
Pertama,
kurikulum harus memiliki rencana. Sebagaimana dijelaskan Hilda Taba bahwa “a
curriculum is plan for learning”. Rencana tersebut berkaitan dengan proses
belajar maupun pengembangan peserta didik pada semua jenis dan jenjang
pendidikan. Rencana yang dimaksud biasanya dituangkan dalam bentuk dokumen
tertulis yang kemudian dikenal dengan konsep kurikulum sebagai suatu dokumen
tertulis (curriculum as a written document). Kedua, di dalam
kurikulum terdapat tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Implikasi ini
menggambarkan anatomi kurikulum itu sendiri, yaitu tujuan, isi/materi, metode,
dan evaluasi. Kurikulum harus mengandung berbagai kegiatan pembelajaran yang
menunjukkan dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan. Ketiga, kurikulum
harus ada hasil sesuai dengan tujuan pendidikan, baik yang berbentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Hasil yang dimaksud merupakan
hasil belajar peserta didik sebagai akibat terjadinya kegiatan belajar.
Dalam
studi tentang kurikulum, dikenal pula beberapa konsep kurikulum, seperti :
1.
Kurikulum
ideal (ideal curriculum), yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang baik,
yang diharapkan atau dicita-citakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum.
2.
Kurikulum
nyata (real curriculum or actual curriculum), yaitu kegiatan-kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari
kurikulum yang direncanakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum. Kurikulum
aktual ini seyogyanya sama dengan kurikulum ideal, atau sekurang-kurangnya mendekati
kurikulum ideal, meskipun tak mungkin sama dalam kenyataannya.
3.
Kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang mempengaruhi
peserta didik secara positif ketika sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu
mungkin dari pribadi guru, peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana
pembelajaran dan sebagainya. Kurikulum tersembunyi ini terjadi ketika
berlangsungnya kurikulum ideal atau dalam kurikulum nyata. Kurikulum
tersembunyi ini sangat kompleks, sukar diketahui dan dinilai. C.Wayne Gordon adalah orang pertama yang
memperkenalkan istilah hidden curriculum berpendapat bahwa sikap
sebaiknya diajarkan di lingkungan pendidikan informal (keluarga) melalui hidden
curriculum.
4.
Kurikulum dan pembelajaran (curriculum
and instruction), yaitu dua istilah yang berbeda tetapi tak dapat
dipisahkan satu sama lain, seperti dua sisi mata uang. Perbedaannya hanya
terletak pada tingkatannya. Kurikulum menunjuk kepada suatu program yang
bersifat umum, untuk jangka lama, dan tak dapat dicapai dalam waktu seketika.
Sedangkan pembelajaran bersifat realitas atau nyata, sifatnya
khusus dan harus dicapai saat itu juga. Pembelajaran adalah implementasi
kurikulum secara nyata dan bertahap yang
menuntut peran aktif peserta didik.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya
kurikulum itu ialah apa yang dilaksanakan di lapangan dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa istilah kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk pengertian
yang sama. Sekalipun demikian, para ahli lebih cenderung menggunakan istilah
pembelajaran untuk pengertian yang menyangkut pengembangan kurikulum tahap
program pembelajaran dan juga merupakan pelaksanaan suatu kurikulum dalam
proses pembelajaran.
SUMBER
:
Arifin, Zainal
(2013) Konsep dan Model Pengembangan
Kurikulum, Cetakan Ke-3, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
https://drive.google.com/file/d/0B0RGhQlUTT15bDFuX1lGam16b0E/edit?usp=sharing
http://www.4shared.com/office/0sn6Fzqrce/Pengertian_Kurikulum.html
https://drive.google.com/file/d/0B0RGhQlUTT15bDFuX1lGam16b0E/edit?usp=sharing
http://www.4shared.com/office/0sn6Fzqrce/Pengertian_Kurikulum.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar