Ujian
nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui BSNP mempunyai sejarah yang
cukup panjang. Sampai dengan tahun 2000, pemerintah (Departemen Pendidikan
Nasional) telah menyelengarakan apa yang disebut dengan Evaluasi Belajar Tahap
Akhir Nasional (EBTANAS). Berbagai isyu dan kritikan dari masyarakat terus
bermunculan silih berganti, diantaranya :
Pertama, bentuk soal objektif-pilihan ganda dianggap kurang dapat diyakini
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Kedua,
hampir setiap kali penyelenggaraan EBTANAS terjadi kebocoran soal, sehingga
hasilnya dianggap kurang objektif.
Ketiga, nilai EBTANAS murni merupakan satu-satunya alat seleksi untuk masuk
ke jenjang pendidikan berikutnya, sehingga terkesan seolah-olah proses dan
hasil belajar yang ditempuh oleh peserta didik selama enam tahun di SD/MI dan
tiga tahun di SLTP hanya ditentukan oleh satu kali EBTANAS.
Keempat, penyelenggaraan EBTANAS memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sebanding dengan manfaat hasil EBTANAS.