1.
The Administrative (Line-Staff)
Model
Model pengembangan kurikulum yang
paling awal dan sangat umum dikenal adalah model administratif, karena model
ini menggunakan prosedur “garis - staf” atau garis komando “dari atas ke bawah”
(top-down). Maksudnya, inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari
pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara struktural dilaksanakan di tingkat
bawah. Dalam model ini, pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (steering
committee) yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah,
dan guru-guru inti. Panitia pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum,
prinsip-prinsip, landasan filosofis dan
tujuan umum pendidikan.
2. The Grass-Roots Model
Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model
ini berada di tangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah, baik
yang bersumber dari satu sekolah maupun dari beberapa sekolah sekaligus. Model
ini didasarkan pada dua pandangan pokok, yaitu : Pertama, implementasi
kurikulum akan lebih berhasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah dari
sejak semula terlibat secara langsung dalam pengembangan kurikulum. Kedua,
pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan personil yang profesional (guru)
saja, tetapi juga siswa, orang tua, dan anggota masyarakat.
3. The
Demonstration Model
Model ini dikembangkan untuk
memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil. Dalam pelaksanaannya,
model ini menuntut sejumlah guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan
dirinya dalam memperbaharui kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores, model
demonstrasi terdiri atas dua bentuk, yaitu :
a. Dalam
bentuk pertama yang cenderung bersifat formal, sekelompok guru diorganisasikan
dalam suatu sekolah secara terpisah. Tugas mereka adalah mengembangkan proyek
percobaan kurikulum.
b. Dalam
bentuk kedua dianggap kurang formal dibandingkan dengan bentuk pertama, karena
guru-guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada membuat eksperimen
di dalam area tertentu.
4. Beauchamp’s
System Model
Sistem yang diformulasikan oleh
G.A.Beauchamp (1975) dalam bukunya “Curriculum Theory”, 3d.ed.,
mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam pengambilan keputusan
pengembangan kurikulum, yaitu : (a) menentukan arena pengembangan kurikulum,
(b) memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum, (c)
pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum, (d) pelaksanaan kurikulum secara
sistematis; dan (e) evaluasi kurikulum.
5. Taba’s
Inverted Model
Dikatakan terbalik karena model ini
merupakan cara yang lazim ditempuh secara deduktif, sehingga model ini sifatnya
lebih induktif. Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan,
kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori
dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakkan kurikulum,
sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
6. Roger’s
Interpersonal Relations Model
Model ini berasal dari seorang
psikolog Carl Rogers. Ia berasumsi bahwa
“kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka,
luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan”. Kurikulum demikian hanya dapat
disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes dan berorientasi pada
proses. Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok dalam melatih hal-hal yang
bersifat sensitif. Setiap kelompok terdiri atas 10 – 15 orang dengan seorang
fasilitator atau pemimpin. Kelompok tersebut hendaknya tidak berstruktur tetapi
harus menyediakan lingkungan yang memungkinkan seseorang dapat berekspresi
secara bebas dan ada pula kemungkinan berkomunikasi interpersonal secara luas.
7. The
Systematic Action-Research Model
Tiga faktor utama yang dijadikan
bahan pertimbangan dalam model ini ialah adanya hubungan antar manusia,
organisasi sekolah dan masyarakat, dan otoritas ilmu.
Langkah-langkah dalam model ini
adalah (a) merasakan adanya sesuatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu
diteliti secara mendalam, (b) mengiidentifikasi
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, (c) merencanakan secara
mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya, (d) menentukan
keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah
tersebut, (e) melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana
yang telah disusun, (f) mencari fakta secara meluas, dan (g) menilai tentang
kekuatan dan kelemahannya.
8. Emerging
Technical Model
Model teknologis ini terdiri atas
tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model analisis sistem,
dan model berdasarkan komputer. Model analisis tingkah laku memulai
kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks secara bertahap. Model analisis sistem memulai
kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output),
kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya
mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
penyelenggaraannya. Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan
mengidentifikasi sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan tujuan-tujuan
pembelajaran khususnya.
untuk dapat mengunduh klik DISINI